10 tahun? 10 tahun? 10 tahun? Seberapa lamakah 10 tahun itu?
Apakah 10 tahun itu lama? Atau malah sebaliknya?
10 tahun akan memakan waktu kurang lebih 87.600 jam. 5 digit
angka yang bisa berjalan dengan sangat lambat. Tapi bukan tidak mungkin 5 digit
itu akan berlalu dengan cepat tanpa kita sadari. Semua itu bergantung dengan
apa yang kita lakukan selama 10 tahun tersebut.
Banyak kejadian yang pasti akan terjadi dalam kurun waktu 10
tahun. Sebagian besar dari kejadian-kejadian itu kita sendiri yang menentukan.
Sebab, apa yang kita lakukan kemarin akan membawa kita pada hari ini, sedangkan
apa yang membawa kita pada hari esok adalah apa yang kita lakukan pada hari
ini. Hubungan yang cukup menarik.
Untuk 10 tahun yang akan datang, banyak hal yang ingin aku
capai. Bisa dikatakan sebagai target hidup. Atau mungkin lebih dikenal sebagai
cita-cita. Aku sendiri mendengar istilah cita-cita sejak masih kanak-kanak.
Dulu, saat ditanya apa cita-citaku aku selalu menjawab, “Pengin jadi guru kuliahan yang punya mobil. Soalnya mobil
kan rodanya empat jadi ngga jatuh,
kalo motor kan bisa jatuh.” Ya, itu jawabanku dulu. Saat aku sama sekali tidak
mempertimbangkan hal apapun dalam menentukan target hidup.
Pada dasarnya aku adalah orang yang suka bermimpi. Seorang
motivator mengatakan padaku, “Bermimpilah selagi mimpi itu masih gratis.
Lakukan apa yang bisa kamu lakukan untuk mewujudkan mimpimu itu.” Atau ada juga
yang mengatakan, “Gantungkanlah mimpimu pada bintang tertinggi dilangit, dengan
begitu sekalipun kau jatuh kau tetap berada pada bintang-bintang lainnya.”
Aku punya banyak mimpi. Banyak hal yang ingin aku raih.
Banyak hal yang ingin aku rasakan. Banyak hal yang ingin aku lewati dalam 10
tahun mendatang. Aku ingin mencari banyak pengalaman. Sebab, dengan pengalaman
itulah aku bisa belajar menjadi orang yang lebih baik kedepannya. Guru terbaik
adalah pengalaman.
Mulai dari yang pertama. Jejak Petualang, sebuah acara di
salah satu stasiun televisi swasta yang memberiku gambaran seperti apa kondisi
alam di daerah pelosok dan perbatasan nusantara. Entah kenapa aku merasa sangat
tertarik untuk mengunjungi daerah-daerah seperti itu. Hati kecilku seperti
terpanggil. Banyak hal-hal luar biasa yang pasti tersimpan disana.
Keinginanku bukan hanya sekedar untuk jalan-jalan semata.
Lebih dari itu, aku ingin berbaur dengan penduduk setempat, merangkul mereka,
memahami budaya mereka dan pada akhirnya mencoba mengenalkan mereka pada dunia
yang telah banyak berubah tanpa mereka sadari. Aku ingin mendirikan sebuah
yayasan sosial dimana aku bisa membangun sekolah-sekolah didaerah terpencil.
Mengajari anak-anak bagaimana cara yang tepat untuk bertahan hidup di zaman
yang serba modern. Aku akan mendatangkan guru-guru profesional. Aku berharap
dengan mengirimkan guru-guru profesional dapat menggali potensi kecerdasan
anak-anak daerah yang selama ini masih kurang digali. Setelah menyiapkan mereka
secara matang pada pendidikan dasar, anak-anak dengan potensi yang memungkinkan
akan aku kirim ke universitas-universitas terbaik di Indonesia. Aku tidak akan
melepaskan mereka kecuali mereka sudah dapat mandiri. Dengan begitu, mereka
mampu mencari penghidupan yang layak dengan tangan dan kaki mereka sendiri
tanpa harus menggantungkan hidup pada orang lain.
Selain membangun sekolah, aku juga memiliki harapan dapat
membangun sebuah usaha yang menjadi wadah bagi masyarakat setempat untuk
mencari nafkah. Aku akan memanfaatkan kekayaan lokal. Setiap daerah pasti
memiliki berbagai kerajinan khas masing-masing. Itulah yang akan aku
kembangkan. Aku akan menggerakkan masyarakat untuk memproduksi kerajinan khas
yang mereka miliki. Mereka tidak perlu repot-repot mencari siapa konsumen hasil
produksi mereka. Usahaku itu berfungsi untuk membeli produksi kerajinan mereka
secara langsung. Semacam pengepul barang hasil produksi. Kemudian aku akan
memasarkan hasil produksi diluar daerah dan jika kondisi memungkinkan hasil
produksi itu aku pasarkan di luar negeri. Apabila keadaan ini dapat diwujudkan,
perekonomian daerah-daerah terpencil akan terangkat. Taraf hidup mereka akan
naik. Pemerataan perekonomianpun dapat tercapai.
Itulah sedikit gambaran aktivitas yang ingin aku jalani
dimasa 10 tahun mendatang. Untuk masalah pekerjaan, aku ingin menjadi seorang
psikolog. Tak banyak alasan yang aku miliki. Aku hanya merasa bahwa mengamati
segala tingkah laku manusia dan sifatnya itu menarik. Sedikit terdengar aneh
dan tidak meyakinkan. Tapi memang seperti itulah adanya. Keinginan ini muncul
tiba-tiba saat aku menyadari bahwa permasalah didunia ini semakin kompleks.
Banyak orang-orang yang kehilangan motivasi memilih untuk mengakhiri hidup
karena tak sanggup menanggung permasalahan yang semakin rumit. Aku ingin
membantu memecahkan masalah. Dapat membuat orang lain tersenyum adalah hal
menyenangkan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Sunggingan senyum dan
ucapan terima kasih dari orang lain yang kita bantu itu lebih menyejukkan hati
daripada imbalan materi.
Terkadang apa yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan
apa yang orang tua kita inginkan. Kedua orang tuaku ingin aku menjadi seorang
guru SD. Mereka ingin dimasa mendatang aku bekerja ditempat yang dekat dengan
rumah. Sebenarnya aku bersikeras tak mau jadi guru SD. Aku ingin pekerjaan yang
tidak terikat pemerintah.
Hanya saja melawan arus kehendak orang tua bukanlah pilihan
yang tepat karena akan membawa kesengsaraan pada kita nantinya. Aku sama sekali
tak ada niatan seperti itu. Naudzubillah,
jangan sampai. Pelan-pelan aku mencoba memahami keinginan mereka. Hingga aku menyadari
bahwa aku adalah bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakakku tidak lagi tinggal
satu rumah. Sudah sepantasnya akulah yang mengurus kedua orang tuaku kelak jika
mereka sudah tua. Sebagai seorang anak, kehormatan terbesar adalah dapat
berbakti kepada kedua orang tua.
Sebagai jalan tengah antara keinginanku dan keinginan kedua
orang tuaku, saat ini aku berfikir mungkin aku akan menuruti nasihat orang tua
terlebih dahulu. Baru setelah aku menjadi seorang guru SD aku berharap bisa
melanjutkan studi di psikologi. Dengan begitu aku masih bisa memenuhi kewajiban
sebagai anak tanpa harus mengorbankan mimpi-mimpiku.
Aku memang tahu mana yang aku sukai, tapi aku sama sekali
tidak tahu mana yang terbaik untukku dimasa mendatang. Aku hanya berdoa, semoga
Allah swt. menunjukan jalan mana yang terbaik untuk aku tempuh. Akan menjadi
apa aku nantinya, satu-satunya harapanku adalah dapat membahagiakan kedua orang
tuaku.
Posting Komentar