H.N Azizah

Ulang tahun? Akankah tahun ini menjadi yang terindah?

###

“Kamu bisa nggak sih sekali aja nggak buat kesalahan? Dari dulu kerja nggak pernah beres! Kamu nyadar nggak, kamu tuh udah buat semua orang susah!” Indra menatap tajam seakan tak ada ampun. Semua pengurus OSIS diam membeku. Sunyi.
“Ma…maaf Kak.” Thalia sesenggukan. Air matanya telah menetes sejak Indra membuka suara.
“Oh…jadi kamu minta maaf? Kamu pikir semua masalah bisa diselesaikan cuma pake maaf apa?!” Indra bangkit berdiri. Mukanya merah padam, otot-otot lehernya juga meregang.
“Tapi aku udah buat sesuai petunjuk yang Kakak kasih ke aku.” Thalia mencoba membela diri, ia mengangkat mukanya pelan. Tiba-tiba saja, Braaakk…suara gebrakan meja itu memenuhi seisi ruangan. Tak hanya itu, Indra juga menendang kursi tempat ia duduk tadi. Ia lalu melangkahkan kaki keluar ruangan dengan murka.
“Terserah!” teriak Indra saat melewati pintu.
Thalia yang duduk disebuah kursi kayu coklat itu kembali menenggelamkan mukanya. Tetes-tetes air mata mebasahi seragam OSIS yang ia pakai. Tangannya gemetar, ia marah takut sedih juga bingung. Bagaimana mungkin Indra yang selalu bersikap baik padanya mampu melakukan hal seperti itu didepan semua anggota OSIS?
Thalia mengumpulkan sisa tenaganya untuk meninggalkan ruangan yang suram itu. Ia tak mampu melangkah sendiri, seorang teman memapahnya menuju gerbang sekolah. Hembusan angin kecil menyapu air mata yang masih membekas dipipi Thalia.
Byuurrr…seember air disiramkan tepat diatas kepala Thalia. “Happy birthday to you…Happy birthday to you…Happy birthday…Happy birthday…Happy birthday to you.” Mereka yang tadi menghakimi Thalia kini menyanyi bahagia untuk Thalia. Bodoh, itu yang dipikirkan Thalia. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, kenapa tak terlintas pikiran sedikitpun bahwa ia sedang dikerjai?
Mata Thalia berputar, mencari sosok Indra. Mereka bilang ini hanya lelucon, tapi kenapa Indra menghilang? Apa jangan-jangan ia benar-benar marah? Kalau ia tak marah, kenapa ia tak ada disini? Angin kecil berhempus membawa pertanyaan Thalia.

###

Aku tak mengerti kemana aku harus bercerita. Sepertinya aku tak lagi dapat memendam semua kegelisahanku ini.

###

“Makasih ya Ra.” gumam Thalia.
“Makasih buat apa?” Kara menyodorkan secangkir coklat panas untuk Thalia.
“Makasih udah jadi sahabat aku.” tatapan Thalia menerawang, menembus jendela cafe yang dibasahi rintik-rintik air hujan.
“Kamu ada masalah?” ucap Kara lembut, persahabatan yang mereka jalani selama 9 tahun mampu membuat Kara tahu apa yang sedang Thalia rasakan.
“Aku nggak papa kok Ra.”
“Kamu bisa aja membohongi orang lain Tha, tapi nggak sama aku. Bilang ada apa?”
Mata Thalia berkaca-kaca, dipeluknya Kara dengan erat. “Maafin aku, aku belum bisa crita sama kamu sekarang.” bisik Thalia ditengah-tengah isak tangisnya.
###
To be continue
Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar