10 tahun? 10 tahun? 10 tahun? Seberapa lamakah 10 tahun itu?
Apakah 10 tahun itu lama? Atau malah sebaliknya?
10 tahun akan memakan waktu kurang lebih 87.600 jam. 5 digit
angka yang bisa berjalan dengan sangat lambat. Tapi bukan tidak mungkin 5 digit
itu akan berlalu dengan cepat tanpa kita sadari. Semua itu bergantung dengan
apa yang kita lakukan selama 10 tahun tersebut.
Banyak hal yang tak berubah. Aku? Masih sama. Sesekali angin
berhembus melewatiku memang. Dan itu hanya sebatas angin yang berhembus sesaat,
yang menyejukan dan hanya sesaat. Tak banyak yang harus disesalkan. Toh memang
semua tak bisa disesalkan. Sudah selayaknya begitu adanya. Menyadari bukan
berarti menyayangkan. Tak apa, berharap semunya akan baik-baik saja seiring
berlalunya waktu.
Setelah sekian lama
vakum dari dunia blog akhirnya aku mutusin buat come back lagi, meskipun
mungkin ntar hasilnya cuma ada satu dua orang yang bersedia jadi korban kesasar
di blog aku, tapi setidaknya aku udah berusaha untuk mengaktifkan denyut
kehidupan si Mata Pena. Aku ngga ngerti harus nulis apa, lagi ngga ada ide
brilian nih. Cerpen berkelanjutan yang aku post sebelumnya sepertinya udah
dinobatin buat mati suri. Entahlah, mungkin butuh waktu beberapa tahun kedepan
untuk melanjutkan kisah yang terbengkalai seperti itu.
Ulang tahun?
Akankah tahun ini menjadi yang terindah?
###
“Kamu
bisa nggak sih sekali aja nggak buat kesalahan? Dari dulu kerja nggak pernah
beres! Kamu nyadar nggak, kamu tuh udah buat semua orang susah!” Indra menatap
tajam seakan tak ada ampun. Semua pengurus OSIS diam membeku. Sunyi.
“Ma…maaf
Kak.” Thalia sesenggukan. Air matanya telah menetes sejak Indra membuka suara.
Namaku Thalia.
Aku adalah tipikal orang yang suka berorganisasi. Bagiku, bisa bertemu dan
berkenalan dengan banyak orang adalah hal yang menarik.
###
“Tha..lihat
Tha! Ini nama kamu! Kamu masuk Tha!” cewek 159 cm berambut lurus sebahu itu
langsung memeluk temannya yang berdiri disampingnya. Keduanya bahkan melompat-lompat
kegirangan.